Pages

Sabtu, 24 Maret 2012

ORIGAMI ep.9

Sherryl masih mengatur nafasnya yang terlampau cepat. 
Terang aja, dia emosi karena menurut dia hari ini hari tersial bagi dia.
Pertama, sopir, maupun ayahnya gabisa jemput dia. Jadinya dia harus ngerepotin Sadam buat nganter dia. Belum lagi, waktu les modelling tadi dia sempet jatuh dan bikin kakinya terkilir. Dan yang baru aja terjadi, taksi yang dia naikin mogok gitu aja. Terpaksa Sherryl nunggu taksi lain yang lewat. Tapi… udah satu jam nunggu, usahanya sia-sia. Jadilah dia jalan kaki tersaruk-saruk ngerasain kakinya yang sakit.
pokoknya hari ini bete banget! Sampe rumah langsung mandi air panas terus tidur!” batinnya.
Dia udah ga peduli lagi sama tugas matematika dari gurunya yang ganteng tapi killer itu. Yang dia tahu, badannya udah ga bisa diajak kompromi lagi. Begitu juga otaknya.
Gak lama, seseorang yang naik motor ngeberhentiin motornya ga jauh dari trotoar tempat Sherryl berjalan.
palingan motornya mogok juga kayak taksi yang tadi.” Duga Sherryl dalam hati sambil berlalu.
Tapi, tiba-tiba seseorang itu memanggilnya. Sherryl sempet bingung kenapa orang itu bisa tau namanya. Sherryl ga ada niat buat nengok ke belakang. Mungkin aja orang itu mau berbuat jahat sama dia. Apapun bisa terjadi kan? Secara, sekarang udah jam 10 malam, dan jalanan juga terlihat lengang. Kadang-kadang aja mobil melintas, itu juga ngebut.
“Ryl, tunggu! Lo Sherryl,kan?” Tanya orang itu dari belakang.
lari,Ryl. Lu bisa diapa-apain!” perintah Sherryl dalem hati.
Saat itu juga, sebisanya Sherryl lari walaupun kaki kanannya terasa nyeri.
“weh! Lo kira gue siapa? Gue Yosa! Temen sekelas lo! “ teriak orang yang mengaku bernama Yosa itu.
Sherryl memiringkan kepalanya sedikit. Apa tadi dia ga salah denger? Yosa? Tapi ngapain dia disini?
“Lo ga inget muka gue?” Tanya Yosa yang agak gak seneng sama reaksi Sherryl. Dia langsung nampakkin mukanya yang tadinya ditutup helm ke Sherryl. Sherryl sampe mundur selangkah karena kaget ngeliat Yosa kayak gitu.
“Iya, iya! Gue inget! Tadinya, gue kira lo orang yang mau jahatin gue,tau! Makanya gue buru-buru kabur.” Ujar Sherryl dengan nada betenya.
Akhirnya, muka ganyante Yosa itu berubah sedikit demi sedikit. Dia berpikir sebentar.
“Lagian, ngapain lo jalan sendirian malem-malem gini? Darimana? Kok ga dianter-jemput? Kenapa ga naek taksi? Tumben amat.”
“eh, kalo nanya gausah keroyokan gitu dong. Satu-satu!” protes Sherryl.
“ehehehe sori. Yaudah lah gapenting. Lo mau pulang ga? Tenang aja, buat cewe cantik kayak lo tumpangannya gratis deh.” Canda Yosa.
Baru aja, Sherryl narik nafas buat ngejawab pertanyaan dia tapi dia udah jalan balik ke motornya.
 Sherryl sampe gemes sendiri nahan emosinya.
Kemudian, Yosa nyalain motornya dan berhenti disisi trotoar dimana Sherryl berdiri.
“mau ikut ga?” tawarnya.
Sherryl menilik motor itu dari ujung ke ujung. Cuma motor biasa yang ga keren. Beda banget sama mobil yang dia naikkin tiap harinya. Lagipula, Sherryl juga udah lupa kapan terakhir kali dia naik motor. Pasti udah bertahun-tahun yang lalu.
“mau ga? Gausah galau gitu dong. Gue juga mau pulang.” Kata Yosa sambil nutup helmnya lagi dan membuat suaranya jadi teredam.
“Hmm, yaudah deh daripada gue terlantar disini.” Jawab Sherryl.
“Yes!” seru Yosa saking senengnya. Dia pun menyodorkan satu helm lainnya ke Sherryl. Sherryl dengan bingungnya ga ngerti cara ngepasin helm itu. Ngeliat lucunya tingkah Sherryl, Yosa dengan inisiatifnya masangin helm itu.
“eh! Jangan cari-cari kesempatan yah!” Sherryl mengingatkan.
Dari balik Helm, Yosa mencibir Sherryl abis-abisan. Toh, Sherryl juga ga bakal bisa liat ekspreksinya kan.
“yaudah, naik!” perintah Yosa.
Baru aja Sherryl duduk dan masih berusaha nyari posisi yang nyaman untuk duduk, Yosa langsung nancap gas. Sherryl yang bingung mau pegangan sama apa, akhirnya mencengkram bahu Yosa erat-erat.
“Nyante,sa! Nyante! Gue belum mau mati!” teriak Sherryl.
Yosa tersenyum nakal. Dia emang sengaja kok. Sayang, Sherryl ga meluk perut dia dari belakang. Padahal itu yang dia harapin. Tapi gapapa lah, untuk berada sedeket ini sama cewe yang bikin dia kesemsem udah cukup untuk jadi alasan kenapa dia harus bersyukur sama Tuhan.
“hah? Apa,Ryl? Gue ga denger!” ucapnya bohong.
Sherryl cuma bisa memutar bola matanya. Yaudah lah, terserah orang ini aja, yang penting dia bisa pulang ke rumah. Semoga aja…..
***

Sementara itu, di rumahnya, ayah sama ibunya Sherryl udah kebingungan nunggu anak bungsu mereka yang belum pulang sampe sekarang. Padahal, sopirnya udah disuruh jemput dia ke tempat les modeling-nya.
Hand phone nya masih ga aktif.” Ucap ayah Sherryl.
“Yaudah, kita tunggu aja sampe dia pulang. Paling bentar lagi.” Balas Ibunya.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara pintu ditutup.
“nah, itu dia!”
Mereka berdua langsung jalan tergesa-gesa ke pintu depan. Dan yang muncul hanyalah sopir pribadi keluarga mereka.
“Pak, Bu, saya ga ketemu sama Non Sherryl. Kata satpam di tempat les nya, dia udah pulang naik taksi dari jam 9.”
Ayah Sherryl pun melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Dia ga bisa nahan rasa cemasnya. Begitupun, istrinya.
Tanpa sepengetahuan mereka, sebenernya Sherryl udah hampir sampai. Itulah alasan kenapa Sherryl bisa lebih tenang. Karena di perumahan tempat dia tinggal, kecepatan kendaraan yang diperbolehkan maksimal 20 km/jam. Terbalik sama apa yang Yosa rasain dalem hati.
Tapi, akalnya ga berhenti sampe situ.
Yosa malah sengaja ngejalanin motornya dengan kecepatan dibawah 10 km/jam. Dengan sengaja. Semakin lama semakin bagus,kan?
“Lo labil banget,sih? Tadi ngebut gila-gilaan. Sekarang, malah lemot gini. Gue lari bisa lebih kenceng dari ini,kali!”
“Iya, nenek cerewet! Udah gratis, masih protes. Kalo masih sanggup jalan, yaudah. Terserah.”
Tanpa Sherryl duga, Yosa bener-bener ngeberhentiin motornya. Sherryl ga habis pikir, kenapa ada cowok yang berani berbuat hal kayak gini ke dia. Selama ini, yang dia selalu dapetin selalu perlakuan manis. Tapi ini apa? Namun, kali ini Sherryl dibuat tertegun sama seorang Yosa yang seharusnya cuma seorang cowok biasa seperti yang terlihat di matanya selama ini.
Sherryl akhirnya berusaha turun dari motornya, tapi kakinya udah sakit duluan. Dan hal itu ngebuat dia meringis tertahan. Yosa malah ketawa ngakak.
“Makanya, jangan sok kuat! Udah, hargain aja niat baik gue.” Kata Yosa.
Sherryl pun cuma bisa diam. Jadi, maksudnya, Sherryl ga ngehargain niat baik Yosa gitu? Berani banget cowok ini! Salah-salah omongannya bakal dibalikkin lagi sama cowok rese ini kalau Sherryl masih nekat buat buka mulut.
“yaudah! Sori!” ucap Sherryl gak tulus.
15 menit kemudian, mereka sampai di depan sebuah rumah mewah bergaya klasik dengan pagar besi setinggi 3 meter di bagian depannya. Yosa terpana sebentar memandangi bangunan itu. Sebuah taman kecil yang terawat dan bersih dengan air mancur di bagian tengahnya semakin membuat rumah itu terlihat nyaman. Tapi, gausah berharap cewek judes kayak Sherryl mau ngajak dia masuk ke dalem sana.
Tak lama, dia ngebuka helm nya. Di belakangnya, Sherryl juga ngelakuin hal yang sama terlebih dahulu. Dan saat Yosa ngebuka helmnya, ada aroma mint yang menguar dari rambutnya. Entah kenapa, Sherryl malah menarik nafas panjang untuk menikmatinya sesaat.
“gamau turun, nek?” Tanya Yosa yang ngebuat Sherryl tersadar.
Dia buru-buru turun sehabis nyerahin helm itu.
“jangan panggil gue nenek!”
“loh? Kenapa? Kan lo emang nenek cerewet!” ledek Yosa sambil nyengir lebar sehingga dua gigi gingsul nya tertangkap oleh mata Sherryl.
 Manis banget senyumnya….
Sherryl berbalik menuju gerbang rumahnya. Dia melangkah dan mencoba mendebumkan langkahnya biar Yosa tau seberapa keselnya dia. Tapi, hal itu malah bikin dia tersiksa.
“ga pake terima kasih nih, nek?” Tanya Yosa sekali lagi.
Sherryl berbalik sambil menggeram kearah Yosa. Sontak, Yosa sampe kaget ngeliat cewek yang biasanya manis ini berubah seratus delapan puluh derajat. Yosa kira, Sherryl bakal maki-maki dia habis-habisan disitu, dan saat itu juga. Tapi dia salah, Sherryl malah neken klaksonnya selama beberapa detik dan ngebuat nada keras panjang dan melengking.
“gila lo! Udah malem,woy!” ujar Yosa.
Sherryl bisa narik nafas sampe dada nya naik turun. Sumpah demi apapun, dia bisa gila karena kesel setengah mati. Padahal, hal itu kan dia lakuin biar orang tuanya keluar, jadi dia bisa hemat tenaga untuk ga teriak-teriak kayak orang minta sumbangan.
“mau gue gendong sampe dalem?” tawar Yosa yang malah dibales sama pelototan mata penuh dari Sherryl.
harusnya dia ngerti, gue udah capek ngomong!” geram Sherryl dalem hati.
Sherryl ga mau peduli lagi sama cowok ini. Cukup… udah cukup sampe disini. 
Tapi, Yosa ga bakal ngebiarin semua hal mengasyikkan ini berhenti sampe sini aja.
“lo masih ngutang satu terima kasih sama gue,Ryl.” Pesan Yosa sebelum dia nancap gas dan pergi.
Sherryl yang masih melipat tangannya di dada, memandangi sosok itu dari belakang. Dendamnya mungkin ga kalah sama dendam Nyi Pelet.
“Liat aja lo, Yosa!” bisiknya.
Ga lama, Ibunya keluar dan menyerukan namanya dari dalam. 
Syukurlah….
Tapi, Sherryl udah ga mampu lagi buat jalan. Seandainya aja, dia tadi nge-iya-in tawaran Yosa….
Ryl, jangan mendadak sakit jiwa deh. Cuma kaki, dan seluruh badan lo yang sakit. Bukan jiwa lo…..” pesan otaknya.

To Be Continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar