Pages

Senin, 16 Januari 2012

ORIGAMI ep.7

Yosa kaget bukan main! Sadam ambruk!
Sadam yang biasanya selalu kuat nopang badannya walaupun capeknya udah over limit, sekarang ambruk di depannya!
“Sadam!” seru Yosa. Dan tanpa Yosa sadari, ternyata teriakannya itu terdengar sampai lapangan.
“Sadam! Woy!”
Sumpah demi apapun, Yosa kaget banget ngeliat sadam rubuh.
Sadam yang biasanya sehat.
Sadam yang biasanya jalan bareng dia.
Sadam sahabatnya dari bocah.
Sekarang rubuh di depan dia, dan Yosa gatau ia rubuh karena apa!
Yosa dengan tergesa-gesa berlalri menghampiri Sadam yang posisinya ngga jauh dari tempat ia terpaku beberapa saat tadi.
“Daam! Banguuun!” kata Yosa sembari mengguncang-guncangkan tubuh Sadam yang terkulai lemas.
Sadam is totally collapse! Dia udah benar-benar ngga sadarkan diri lagi. Yang Sadam rasakan saat ini adalah badannya amat sangat lemas dan sakit!
Jujur, Sadam awalnya ragu buat ikut main basket sama anak-anak yang lain di lapangan sepulang sekolah tadi. Soalnya tadi pas istirahat aja badannya udah gak bisa diajak kompromi. But,then.. pas Sadam ngeliat anak-anak pada on fire banget mainnya, rasa sakit yang Sadam rasakan rasanya hilang seketika tergantikan dengan semangat buat main yang tiba-tiba aja nongol di badannya.
And now… alhasil Sadam hanya bisa terkulai lemas tak sadarkan diri dan ini semua ngebuat Yosa panic banget!
“woooi! Bantuin gue!!” Teriak Yosa akhirnya ke arah teman-teman se timnya.
Ramon, Agni, Yudha, Fasa, Joshua, sama Genda sedang asik ngobrolin anak-anak SMA SANTIKA yang sedang melakukan pertukaran pelajar di sekolahnya ketika teriakan Yosa terdengar di kuping mereka. Mereka tau tabiat Yosa yang isengnya setengah mati, jadi mendengar teriakan Yosa itu, mereka jadi males buat beranjak dan malah ngelanjutin ngegosip mereka dan stay di lapangan.
“Wooi kunyuk! Bantuin gue!!! Sadam pingsan!!” Teriak Yosa sekali lagi dengan nada yang menyiratkan kalau ia benar-benar khawatir dan ngga tau harus ngapain lagi.
Mendengar kata-kata ‘Sadam pingsan’ semuanya langsung terkesiap. Mereka bangkit berdiri dan langsung berlari ke arah lobby, tempat dimana Yosa sedang teriak layaknya orang kesetanan!
Anak-anak tadi sih sempet ngomongin kalau Sadam emang abis istirahat kedua ‘katanya’ sempet masuk uks lantaran ngga enak badan. Dan kini, mereka makin yakin aja kalau yang Yosa kali ini bilang ngga ada yang namanya kata BERCANDA.
Bener aja, ketika Ramon dan yang lainnya sampe di lobby mereka ngeliat Sadam yang udah kayak mayat, totally pale!  Ada darah segar yang tetap mengucur dari hidungnya pula!
“Sadam!” teriak mereka ber-enam hampir di waktu yang bersamaan.
Yosa yang saat itu panik ngga ketulungan malah akhirnya nyemprot manusia berdosa yang karena ngegosip baru datang sekarang.
“Bego lo semua! Ngapain aja lo baru pada dateng?! Hah?! Gak liat temen lo udah kayak gini?! Lucu kali!”
Jujur aja, kata-kata Yosa barusan jleb banget buat mereka. Dan kata-kata itu juga sempat membuat mereka ber-enam gondok setengah mati. Tapi ya…. Gimana ya? Emang mereka ber-enam yang salah, dari awal gak mau dengerin dan gak mau percaya apa yang Yosa omongin.
“Yaudah. Maafin kita deh Yos.” Kata Yudha akhirnya. Yosa yang masih syok bingung harus ngapain.
“Kita bawa ke Rumah Sakit aja deh.” Kata Ramon tiba-tiba memecah keheningan yang sejenak melingkupi mereka semua karena mereka semua sedang berpikir apa yang harus mereka lakukan.
Yosa langsung mengelak, jelas aja ia menentang keras saran Ramon. Dulu…. Waktu awal-awal Yosa kenal sama Sadam, Yosa sempet ngeliat Sadam kayak demam gitu. Dan saat itu, Sadam di ajak ke Rumah Sakit sama Wali Kelas mereka dikarenakan kalau cuma dibawa ke UKS, Sadam malah makin parah karena infrastruktur dan obat-obatan yang kurang memadai. Namun saat itu pula, Sadam menolak ajakan Wali Kelasnya mentah-mentah dan ia malah bilang lebih baik dia di rumah, istirahat yang cukup daripada harus ke Rumah Sakit.

Suatu siang….
Sadam sama Yosa sedang asik mengunyah somay yang mereka beli di kantin barusan. Mereka duduk di tempat favorit mereka, di taman sekolah, di bawah pohon rindang yang umurnya melebihi umur mereka sendiri.
“Dam, kenapa sih waktu 2 hari yang lalu, pas badan lu panas itu loh, lu gamau ke Rumah Sakit aja sama Bu Endah?” Tanya Yosa dengan polosnya sambil tetap mengunyah somay yang amat sangat lezat itu!
Sadam yang juga lagi keasikan makan somay langsung menyudahi kenikmatan yang sedari tadi ia rasakan dan menjawab pertanyaan Yosa sekenanya aja.
“Mm.. males aja Yos.”
Yosa mengernyitkan keningnya, bingung. Namun, baru saja ia ingin menanyakan lagi kenapa Sadam males ke Rumah Sakit, seakan bisa membaca pikiran Yosa, Sadam bercuap lagi.
“Pasti mau nanya kenapa deh. Serem tau di Rumah Sakit. Itu kan tempatnya orang meninggal.”
Yosa yang mendengar penjelasan nan simple itu hanya diam dan berpikir keras. Berpikir hingga akhirnya ia menyetujui pendapat Sadam itu.

Yosa terbangun dari lamunannya ketika tangan Ramon siap untuk mengangkat Sadam dan membawanya ke Rumah Sakit terdekat dari sekolah mereka.
“Jangan.” Kata Yosa datar.
Dan, ucapan singkat itu, ucapan yang barusan Yosa katakana itu, terdengar oleh telinga Ramon. Ramon menunjukkan wajah yang penuh dengan tanda tanya. Baru saja Ramon ingin menimpali kata-kata Yosa barusan dengan makiannya, Yosa malah sudah nyerocos duluan, melanjutkan kata-katanya yang sempat terhenti tadi.
“Sadam gak suka Rumah Sakit. Kita bawa dia ke rumahnya aja.” Tandas Yosa.
Yudha yang sedari tadi hanya diam kini emosinya ikut terpancing juga, “Mending kita bawa ke Rumah Sakit lah Yos! Disana dia kan bisa ditangani sama dokter.” Kilah Yudha.
Temen udah mau mati di bawa kerumahnya jam segini? Bakal kejebak macet lah! Ada juga ntar Sadam mati di jalan! Gila kali! Batin Yudha.
“Jangan, Sadam gak suka.” Balas Yosa lagi dengan suaranya yang kian parau.
“Yos! Mau lu apaan sih? Sadam butuh bantuan secepetnya! Dia lebih baik kita bawa ke Rumah Sakit! Lo gila apa ya? Sekarang rush hours, jalanan macet. Pikir pake otak lo, nyet!” Kata Joshua yang akhirnya angkat bicara juga setelah sebelumnya ia bungkam seribu bahasa berdiri di belakang Ramon.
Yosa menatapnya dengan tatapan penuh emosi, “ SADAM GAK SUKA KE RUMAH SAKIT WOY!!!”
Dan setelah itu, kepanikan Yosa membuahkan air mata yang menetes di pipinya sedikit demi sedikit. Ramon dan yang lainnya sontak aja kaget. Yosa yang biasa pecicilan ternyata bisa juga nangis bombay. Mereka semua tertegun.
***
Sadam merasa asing dengan tempat ini. Tempat apa ini? Batinnya.
Di sekelilingnya ada taman, namun ngga ada yang datang ke tempat itu. Namun tak lama, ia melihat siluet tubuh yang amat sangat ia kenali itu.
“Mba anes?!” Tanya Sadam curious banget.
Benar aja itu kakanya, Mba Anes. Mba Anes hanya tersenyum, dan duduk di salah satu bangku taman bercat putih yang banyak bertebaran di sekeliling taman indah itu.
Mau ngga mau, saking senangnya, Sadam menghampiri Mba-nya itu.
“Mba Anes, aku kangen sama mba!” kata Sadam sembari memeluk Mba Anes.
“Mba juga sayang. Mm.. Mas Nesa udah balik ke rumah ya?” Tanya Mba Anes sembari membelai lembut kepala Sadam. Jujur, ia kangen sekali memanjakan Sadam seperti ini.
Andai saja waktu itu tidak seperti apa yang terjadi……
Tiba-tiba lamunan Anes barusan terbuyarkan oleh jawaban Sadam dengan suara childish Sadam.
“Iya Mba. Katanya Mas Nesa kangen banget tuh sama Mba Anes!”
“Oh ya? Wah, Mba juga kangen banget sama Mas Nesa!”
“Mba, ko aku bisa disini?” Tanya Sadam heran dan baru sempat menyadarinya.
Mba Anes tertegun sebentar, “ Mba kangen sama kamu. Kamu temenin Mba disini aja yuk?”
Sadam kaget. Mba Anes ngajak dia buat nemenin Mba Anes disini? Jujur aja sih, Sadam mau aja, tapi Sadam belum siap. Sadam masih belum punya banyak kenangan dengan temen-temen ngegilanya.
“Sadam mau Mba, tapi Sadam belum siap…” jawab Sadam.
Mba Anes hanya tersenyum mengerti, dan ia sudah tau pasti, suatu saat dan ngga akan lama lagi, adik bungsunya ini akan menemani ia disini.
“Yaudah, kalau ada apa-apa kamu inget Mba aja ya, Mba selalu ada di samping kamu ko.”
Sadam mengangguk, tanda ia mengerti, tapi masih ada satu hal yang ia ingin sekali tanyakan.
“Mba, Mba Anes kenapa ninggalin Sadam waktu itu? Sadam kan masih mau main sama Mba Anes. Kasih tau alesannya ke Sadam sekarang Mba…” Pinta Sadam dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
Jujur aja, Anes ngga tega ngeliat adiknya menangis di depannya, namun saat ini Sadam belum bisa tau alasannya apa. Karena, ngga akan lama lagi, ia pasti akan tau dengan sendirinya.
Mba Anes menggeleng, “Nanti kamu juga tau ko sayang. Time is up! Chop chop! Ayo aku harus balik lagi nih, kamu juga harus balik ya, bilang ke Ayah,Bunda, sama Mas Nesa, aku kangeeeen banget sama mereka.”
“Tapi mba…. Mba anes tunggu!”
Putih……
Semuanya jadi putih dan kini Sadam sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi.
***
Setelah berdebat cukup lama dengan Yosa, akhirnya Yosa menyetujui kalau Sadam di bawa ke Rumah Sakit aja. Dan sebagai teman yang bertanggung jawab, Yosa sudah menelepon orang tua Sadam, tepatnya Bundanya Sadam mengabarkan bahwa Sadam masuk Rumah Sakit.
Semuanya masih terpaku memandangi tubuh Sadam yang terkulai lemas di atas ranjang pasien Rumah Sakit Mahatma. Walaupun Sadam sudah ditangani dengan baik dengan dokter-dokter disini, namun tetep aja, mereka masih ngga tega buat ninggalin Sadam, padahal saat ini sudah menunjukkan pukul 8 malam.
Bundanya Sadam datang tepat pukul 20.10. Ia amat sangat kagum atas loyalnya sahabat Sadam  yang sampai saat ini masih setia menunggui anak bungsunya.
“Nak..” kata Bunda Sadam.
Mereka bertujuh kontan aja kaget, namun rasa kaget itu tak ditunjukkan ke permukaan. Mereka bertujuh langsung salim ke Bundanya Sadam.
“Makasih ya udah mau jagain Sadam selama Bunda ngga disini. Kalian pulang aja gih, pasti kalian capek.” Kata Bundanya Sadam.
“Iya Tante, aku sama Joshua mau pamit duluan ya.” Kata Agni yang emang udah ditelponin nyokapnya sejak satu jam yang lalu.
“Iya, makasih ya Agni. Kalian semua juga mau pamit?” Tanya Bundanya Sadam ke arah yang lain. Semuanya mengangguk kecuali Yosa. Akhirnya, mereka semua berpamitan kepada Bundanya Sadam, dan tinggallah disana hanya Bundanya Sadam dengan Yosa.
“Yosa, kamu pulang aja ya, istirahat.”
“Engga Bunda. Aku mau disini aja, nemenin Sadam.”
Bunda merasa kasihan sama Yosa, kelihatannya Yosa desperate banget baru ngeliat Sadam pingsan seperti itu. Bagaimana kamu bisa menerima kenyataannya Yos?  Batin Bundanya Sadam.
“Bunda ngga maksud mau ngusir kamu Yosa. Tapi tadi Ibu kamu sudah telpon Bunda.”
“Ibu? Hm..”
“Kamu pulang ya sekarang, kamu capek banget.” Kata Bunda sekali lagi menyuruh Yosa pulang.
Kali ini Yosa tidak ingin membantah lagi. Badannya seakan remuk luar dalam. Setelah berpamitan dengan Bundanya Sadam, Yosa akhirnya meninggalkan Rumah Sakit.
Bunda Sadam menunggui anaknya yang masih tertidur pulas di ranjang pasien itu, saat tiba-tiba aja ada tangan yang menyentuh pundaknya, kontan aja Bunda kaget.
“Ini aku Bunda, Nesa.”
Bunda tersenyum kepada anak sulungnya itu, dan mencium pipi anak sulungnya itu.
“Sadam ngga kenapa-kenapa kan?” Tanya Nesa pure khawatir.
Bunda menggeleng, “ Nggak ko. Kamu baru pulang kantor? Abis ada meeting di kantor ya?”
Nesa mengangguk, “Iya Bunda, tapi tadi aku udah sempet makan malem ko. Bunda udah makan?”
“Udah sayang. Kamu istirahat gih di rumah, besok masih ada kerjaan kan?”
Baru saja Bunda menyelesaikan pertanyaan yang ia lontarkan ke Nesa, Sadam tiba-tiba saja menggerakkan telunjuknya dan perlahan ia siuman.
Bunda senang bukan main. Bunda langsung mencium kening Sadam dan berterima kasih kepada Tuhan karena telah menyelamatkan anak bungsunya ini.
“Bunda, aku mau pulang.” Kata Sadam setelah ia mampu menguasai dirinya.
Bunda mau ngga mau menuruti permintaan anaknya itu.
“Yaudah, Bunda selesaikan semua urusan administrasinya dulu ya.”
Bunda pamit keluar duluan kepada kedua putranya. Sebelum Bunda keluar tadi, Mas Nesa sudah dipesan untuk membantu Sadam membereskan segala barang-barang Sadam.
“Mas…” kata Sadam.
Mas Nesa hanya menggumam tanda ia menanggapi perkataan Sadam.
“Tadi aku diajak pergi…” tambah Sadam.
“Di ajak pergi? Sama siapa? Dari tadi sore bukannya kamu pingsan?” Tanya Mas Nesa bingung. Setau Nesa, dari cerita yang ia dengar dari Bunda beberapa menit sebelum Sadam siuman, Sadam pingsan dan setelah itu tidak sadarkan diri lagi.
“iya Mas.”
Mas Nesa makin bingung dan makin penasaran, jelas aja Mas Nesa kali ini membalas pertanyaan jawaban Sadam barusan.
“Sama siapa?”
“Mba Anes, aku disuruh nemenin dia…” kata Sadam singkat dan setelah itu ia meninggalkan Mas Nesa yang masih terdiam dalam posisinya.
Syok. Anes ngajak Sadam pergi?
“Nes..please, let Sadam by my side.”


To Be Continued….   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar