Pages

Minggu, 08 Januari 2012

ORIGAMI ep.6

3 hari yang lalu…..
Robby bingung.
Frustasi.
Ia menyusuri rambutnya dengan jari jemarinya. Rambutnya yang ia biarkan memanjang hingga menutupi telinganya terlihat keren untuk penampilannya. Selama perjalanan kembali ke rumah, Robby ngerasa gelisah banget.
“Sial!!” makinya pada dirinya sendiri.
Sumpah demi apapun, Robby ngga nyangka semuanya akan jadi seruwet ini!! Dia harus milih apa? Pendidikan yang harus ia lanjutkan atau malah nyawa adiknya yang terancam?!
“Ah, bangsat!” lagi-lagi Robby memaki pada atmosfer di sekelilingnya.
Tanpa pikir panjang, Robby memutar balik laju mobilnya menuju tempat dimana ia kehilangan salah seorang cewek yang amat ia sayangi saat itu. Jujur, bagi Robby, pergi ke tempat itu lagi, membuat dadanya kian sesak. Dengan susah payah di dalam mobil, Robby menahan tangisnya yang hampir menyeruak ke permukaan.
“Nes…maafin aku..” gumam Robby.
Dan saat itu juga, Robby memutuskan untuk meninggalkan kuliahnya demi adiknya tercinta. Demi Sherryl. Dan, tanpa ia sadari, setetes air mata mulai membasahi pipi tirus Robby.
***
Sherryl kesal bukan main! Apa-apaan sih Cuma gara-gara main hp doang dia jadi dihukum?!
“Dasar guru freak! Maksud!” maki Sherryl ketika ia sedang berkumpul bersama teman-temannya dari SMA SANTIKA. Ciara, salah seorang ‘teman’ satu sekolah Sherryl hanya bisa melengos pelan. Ia paling males kalau Sherryl sudah mulai ngeluh ini-itu.
“Yaudah sih, Ryl. Salah lo juga kali.” Kata Ciara saking gondoknya.
Sherryl mengernyitkan keningnya, bingung. Kenapa Ciara malah balas menyalahinya dan bukan membelanya? Jelas aja Sherryl makin gondok!
“Gue gak salah lagi Ra! Gue Cuma mau bales sms dari agency gue doang, apa itu salah? Gue punya hak dong!” balas Sherryl keukeuh gak mau kalah dari Ciara.
Ciara melengos kencang, membuat Sherryl menatapnya dengan tatapan jijik! Gak suka!
“Whatever.” Tandas Ciara mengakhiri pembicaraannya dan langsung ngeloyor pergi berhubung bel tanda masuk sebentar lagi akan segera berdering.
Sherryl melengos malas. Ciara bikin ia makin naik pitam saja hari ini! Nyebelin! Rasanya Sherryl ingin cepat-cepat pulang aja! Worst day ever!

Di sudut lain kantin, Sadam sedang menikmati mie ayam yang baru saja ia pesan ketika tiba-tiba saja, tanpa pernah ia undang ataupun ia harapkan kedatangannya, Yosa datang mengangetkan Sadam dengan cara menepuk pundaknya. Jelas aja Sadam langsung tersedak mie ayam yang sedang ia kunyah dengan nikmatnya itu!
“Kucing! Ngapain sih lo?!” Maki Sadam sewot ke arah Yosa setelah ia meminum minumannya dan terlepas dari keseleknya yang menyiksa beberapa detik yang lalu.
Yosa membalas makian Sadam itu dengan cengiran boyish-nya. Merasa dirinya suci. Merasa dirinya ngga pernah punya salah.
“Hehe, maaf bos! Eh, tadi..tuh guru mtk yang baru, kece banget ye? Mukanya 11:12 sama lo Dam.” Kata Yosa dengan polosnya.
Sadam hanya melirik sedikit ke arah Yosa dan dengan acuh ia memalingkan mukanya, melanjutkan suapannya yang tertunda. Sadam enggan memberi tau yang sebenarnya ke Yosa bahwa guru mtk itu, guru yang kece itu, atau apalah yang anak cewek selalu elu-elukan tentang guru mtk ganteng itu yang bernama ‘NESA’ itu adalah abangnya. Ya, abang kandungnya Sadam.
“Ah, mata lo jereng mirip gue, atuh cakepan gue lah!” elak Sadam dengan suara khasnya, suara yang dengan bangganya mempromosikan dirinya sebagai yang terganteng.
Yosa kontan aja langsung mengejek perkataan Sadam itu diikuti gerakan meninju lengan Sadam. Yosa merasa aneh, ko Sadam kurusan? Batinnya dalam hati.
“Bro, lo kurusan ya? Makin hari makin cungkring. Muka lo, asli! Pucet abis!” Kata Yosa polos tanpa menyadari perubahan air muka Sadam yang tiba-tiba menjadi tegang.
Sadam tertegun, am I that pale? Batin Sadam dalam hati. Tapi… bagi Sadam rahasia ini ngga boleh kebongkar. Apalagi kalo kebongkarnya sama Yosa, no!
“Yos…Yos… sakit mata ya lo? Dari dulu gue segini-gini aja dibilang kurusan. Duileeeh, sweet banget sih lo merhatiin gue sampe segitunya,haha.” Balas Sadam berusaha menormalkan suaranya agar tidak terdengar weird di telinga Yosa.
Yosa yang emang yakin betul kalau Sadam kurusan Cuma bisa melengos pasrah. Percuma juga medebat Sadam, toh tetep aja nanti Yosa yang kalah. Toh, kali ini Yosa lagi males debat sama siapapun, especially Sadam. Soalnya, stamina Yosa buat debat sama orang sudah terkuras habis untuk berdebat dengan guru pengganti yang well…cantik, tapi galaknyaaaaaaaaaa…..amit-amit!
“Tau lah. Kelas yuk! Udah mau bel nih.” Ajak Yosa akhirnya.
Sadam yang ngerasa mubazir kalau ninggalin mie ayam yang baru saja ia makan setengahnya dan masih bersisa banyak berinisiatif untuk membaginya dengan Yosa. Yosa kelihatannya laper banget saat itu, namun, ia lagi ngirit, katanya sih buat beli mobil baru.
“Mau? Berdua nih, mubazir kalo ditinggalin.” Kata Sadam sembari menawarkan ke Yosa.
Yosa yang ditawarin mie ayam gratis ga nolak. Jelas aja, makan mie ayam berdua lumayan membantu dia ngurangin rasa laparnya.
Dengan lahap Yosa dan Sadam bergantian memakan mie ayam itu. Tepat saat bel berbunyi, mereka berdua selesai menyantap ludes mie ayam itu.
“Ah~ kenyang~” kata Yosa sambil memegangi perutnya.
Sadam Cuma bisa tertawa melihat tingkah sahabatnya itu. Setelah menyudahi prosesi makan, mereka berdua kembali ke kelas untuk melanjutkan belajar mereka.
Sadam melihat jam tangan yang ia kenakan. Pukul 01.30. Waktunya untuk minum obat. Sebenarnya sih udah telat, tapi ya mau gimana? Sadam udah keburu lupa sama obatnya sejak di kantin tadi. Ditambah lagi kedatangan Yosa yang makin membuat dirinya malas mengeluarkan obatnya.
Tiba-tiba….
Tes…
Setetes darah menetes dari hidungnya.
“My god..” desis Sadam.
Sadam asli, panik banget! Biasanya kalau ia sudah keluar darah gini, ia langsung rubuh. Untung ia membawa sapu tangan yang selalu available di saku celananya.
“lumayan.” Desisnya lagi.
Berhubung udah ngga ada waktu lagi, dengan air mineral yang ia tenteng, ia berlari menuju toilet tanpa memberi tau Yosa terlebih dahulu. Toh Yosa sudah berjalan jauh di depannya, buat apa lagi Sadam teriak-teriak manggilin Yosa?
 Sadam terburu-buru berlari ke arah Toilet. Ketika ia sampai di toilet dan mengetahui bahwa toilet sepi, ia melengos lega. Dengan cepat ia meminum obat yang biasa ia minum. Seketika, ia bugar kembali, walaupun kali ini rasanya ia mual bukan main. Tapi ia harus tahan agar makanan yang ia lahap bisa tetap menjadi tenaga untuknya. Setelah 5 menit berada di kamar mandi, Sadam berjalan dengan santai melewati koridor menuju kelasnya.


Di kelas….
Ternyata suasana di kelas hening sekali. Sadam yang baru saja menginjakkan kakinya di kelas merasa jadi orang asing sendiri diantara manusia bisu di kelasnya. Ia perhatikan guru wanita pengganti yang cantik namun sangar itu.
“Siang bu.. maaf saya telat.” Kata Sadam sopan.
Guru Fisika itu tidak terima kalau ada satu anak murid yang telat masuk bila itu pelajarannya. Jadilah dengan berapi-api guru itu bertanya sinis kepada sadam.
“Dari mana kamu? Memang disini sekolah kamu yang punya dengan seenaknya kamu telat masuk kelas saya? Hah?!”
Sadam hanya menanggapi guru itu dengan kalem, stay cool.
“Maaf bu, tapi tadi saya dari klinik sekolah.”
Guru itu masih ngga percaya, masih dengan nada sinisnya ia mencecar habis Sadam.
“kamu habis dari klinik sekolah? Mana buktinya? Toh kamu segar bugar saja!”
Sadam akhirnya mengeluarkan trik ampuhnya. Lumayan lah, buat bukti ke guru ini. Akhirnya, Sadam mengeluarkan sapu tangan yang berlumuran darah dari saku celananya, dan guru itu langsung terperanjat kaget.
“ini buktinya,Bu. Tadi saya mimisan makanya daripada saya pingsan, saya ke klinik sekolah.”
Guru itu sudah mulai percaya, dan akhirnya mempersilahkan Sadam untuk duduk.
“Yasudah, sana kamu duduk. Kamu kerjakan tugas seperti teman-teman kamu, tapi untuk kamu, 30 menit sebelum bel pulang harus sudah dikumpulkan.”
Sadam tersenyum simpul, tanda ia mengerti. Lalu tanpa pikir panjang ia duduk di tempatnya, dan langsung mengeluarkan buku fisikanya.
Yosa yang heran melihat Sadam hanya bisa menatapnya, ia tidak berani mengeluarkan suaranya sedikitpun. Sadam tau itu. Kentara sekali di wajah Yosa akan kekhawatirannya kepada sohibnya satu itu. Sadam tersenyum menenangkan Yosa, sembari berkata, “I’m alright dude.”

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun masih banyak anak-anak yang betah duduk-duduk di dalam kelasnya. Ada juga anak-anak yang bersiap untuk kumpul ekskulnya. Memang, sekolah MAHATMA ngga pernah ada matinya kalau hari-hari sekolah seperti ini. Bayangkan saja, OSIS aja biasanya pulang jam 9 malam! Cinta sekali mereka pada sekolahnya ini!
“Bro, tadi lo kenapa?” Tanya Yosa ketika Sadam sedang membereskan barang-barangnya.
Sadam nyengir,ngebuat Yosa sedikit lega. “gapapa. Tadi mimisan doang. Lagi panas dalem gue,hahaha.”
“Oh.. eh, anak-anak nungguin kita di lapangan basket, katanya mau pada main. Join gak?” ajak Yosa akhirnya mengingat ajakan Yudha tadi sebelum guru killer fisika itu nongol di kelasnya.
“Yo, duluan aja, masih mau beberes dulu.” Jawab Sadam.
Yosa akhirnya pergi ke lapangan duluan tanpa Sadam. Sadam melihat siluet cewek yang ia kagumi masih duduk di bangku lobby saat ia hendak menaruh beberapa perlengkapannya di mobil. Namun…. Ketika pandangan mereka bertemu, Sadam malah salting! Dan bodohnya, ia baru ingat kalau hari ini ia nggak bawa mobil!
“Shit!” gumamnya.
Sherryl yang mendengar gumaman Sadam hanya bisa mengernyitkan keningnya. Bingung. Mau apa lagi nih orang? Mau ngerusak lagi hari gue? Batinnya.
Sadam melihat Sherryl sedang menatapnya dengan tatapan aneh, “Kenapa?” Tanya Sadam.
Sherryl dengan kikuknya menggelengkan kepalanya dan langsung gelagapan. Malu dong kalau kita lagi ngeliatin orang eh malah kepergok!
“ng…gak! Gapapa kok!”
“Lo belom pulang? Apa belom dijemput?” Tanya Sadam lagi.
Sejujurnya, Sherryl lagi malas bebasa-basi, tapi lumayanlah buat hiburan, daripada ia bete ngga ada kerjaan.
“Belum dijemput.” Jawab Sherryl singkat.
“Emang mau kemana? Yuk, kalau mau gue anterin.” Ajak Sadam dengan polosnya tanpa ada niatan buat flirting ke Sherryl.
Namun Sherryl salah tangkap apa maksud sebenarnya dengan ajakan Sadam yang secara spontan itu. Jelas aja Sherryl langsung berancang-ancang untuk menyemprot Sadam, tapi ia malah keduluan ngomong sama lawan bicaranya satu ini.
“Jangan pikir gue mau flirting. Gue tulus nawarinnya.” Tegas Sadam.
“ng…gausah gapapa ko. Sebentar lagi juga dijemput.” Balas Sherryl dengan rasa malu yang ia tutup-tutupi.
Sadam tiba-tiba saja duduk di sebelah Sherryl dan membuat Sherryl sedikit kaget, tapi Sadam tidak menyadari itu.
“Yaudah, gue tungguin sampe lo dijemput.”
Dan beneran aja, Sadam nungguin Sherryl sampai ia benar-benar dijemput.
15 menit kemudian, mobil jemputan Sherryl datang. Awalnya, Sherryl ragu apakah ia harus mengucapkan terima kasih ke Sadam? Tapi… kan ia tidak meminta Sadam untuk menemaninya.
“Jemputan lo?” Tanya Sadam akhirnya setelah daritadi ia bungkam.
Sherryl mengangguk. Dan detik itu juga Sherryl mutusin buat bilang terima kasih ke Sadam.
“Thanks banget ya udah mau nemenin gue.”
Sadam hanya tersenyum simple, “No prob. Have a safe ride ya.”
Sherryl balas tersenyum kemudian ia melambaikan tangannya ke Sadam. Sadam membalas lambaian tangan itu. Ketika mobil jemputan Sherryl sudah keluar dari parkiran SMA MAHATMA, Sadam bergegas menuju lapangan.

“Woi Dam!” kata Yosa meneriaki Sadam yang baru aja kelihatan setelah kira-kira 20 menit ia menunggu.
“Hoy!”
“Lama amat lo, ngapain dulu?” Tanya Yosa curious.
Dengan malas-malasan Sadam menjawab pertanyaan Yosa, yang jawabannya itu malah ngebuat Yosa bete karena jawabannya Sadam tidak sesuai dengan harapannya.
“Tadi ada perlu bentar.”
Setelah menjawab pertanyaan Yosa, Sadam langsung berlari ke lapangan menggantikan Ramon yang kayaknya udah kecapekan banget. Yosa pun jadi ikut-ikutan masuk dan ia menggantikan posisi Yudha di game itu.
Permainan basket itu berjalan dengan amat seru. Sadam bermain full game sampai mereka semua selesai bermain tepat pukul 5 sore. Sadam yang jelas-jelas lagi ngga bawa kendaraan saat itu, mau ngga mau harus nebeng salah satu temennya biar dia bisa pulang.
“Yos, gue nebeng ya? Ga bawa Porsche nih.”
“Lah? Bukannya kata elu si item udah bener? Kenapa kaga lu bawa?”
“Udeh, jangan banyak Tanya. Nebeng ye?”
“Yaudeh. Yuk balik!” ajak Yosa, dan Sadam pun langsung mengiyakan.
Sadam baru merasakan tubuhnya berat banget ketika ia dan Yosa sudah jalan agak jauh dari lapangan, tempat dimana teman-temannya masih bersenda gurau dan entah kapan mereka pulang. Sadam lupa akan larangan dokternya yang melarangnya agar tidak terlalu cape.
Tadi Sadam terlalu semangat. Mukanya pucat banget, namun Yosa tidak menyadarinya karena ia sudah jalan mendahului Sadam. Dan lagi-lagi Sadam lupa minum obatnya.
Tes…
Tes…
Tes…
Darah mulai bercucuran dari hidung Sadam. Yosa tidak sekalipun menengok ke belakang untuk melihat kondisi sohibnya satu ini. Ia terus bercerita tentang serunya bermain basket tadi. Yosa terus-terusan bercerita kalau tadi seru banget! Kalau tadi semuanya lagi on fire banget, ngga kayak biasanya.
Sadam yang udah mulai lemas tidak bisa mendengar dan menanggapi lagi apa yang Yosa katakan. Sedetik kemudian Sadam merasa badannya berat sekali namun ia tidak bisa menopang tubuhnya. Sadam mulai tidak sadar. Dan detik berikutnya, semuanya menjadi gelap bagi Sadam.
Baru saja Yosa membalikkan badannya untuk menghadap ke arah Sadam, tiba-tiba saja tubuh sahabatnya jatuh membentur lantai lobby sekolahnya.
BRUK!
Yosa kaget. Darah segar mengalir dari hidung Sadam….
“SADAM!”

To Be Continued….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar