Pages

Senin, 16 Juli 2012

ORIGAMI ep.12


Pagi-pagi, seperti biasa, tuan-ranking satu umum- udah sampe di kelasnya, siapa lagi kalau bukan Sadam. Sherryl yang jadi kebiasa sama pemandangan itu berusaha cuek ngeliat dia. Tapi, Sadam pun ngangkat kepalanya dan natap Sherryl sebentar, ninggalin buku catatan yang lagi dia baca.
“Pagi, “ sapanya singkat.
Sherryl pun mau gak mau ngelirik juga ke arahnya. Sebuah senyum simpul Sadam tampilkan buat Sherryl, tulus. Sherryl malah berbalik salah tingkah. Dia Cuma bisa narik satu sisi bibirnya ke samping. Dia buru-buru ngeloyor ke bangku biasa dia duduk sendirian, dibelakang bangku Sadam dan sohib karibnya, Yosa. Untuk beberapa menit, kelas itu dirundung sepi. Gak ada yang mau buka percakapan lagi, baik Sherryl ataupun Sadam.
Tapi, keadaan itu gak bertahan lama, Yosa dan gengnya, yang juga merupakan temen main nya Sadam, datang dengan rusuhnya. Sherryl Cuma bisa muter bola matanya 360 derajat. Dan, seperti biasanya juga, dia teriak antusias ke arah Sherryl yang bikin Sherryl nutup kupingnya dengan headset yang disambung ke handphone nya,berusaha terlihat acuh tak acuh.
“Good Morning, Princess. Tadi udah senyum belom?” goda Yosa yang langsung ngelempar tasnya di bangku sebelah Sadam.
Diam-diam, Sadam nyengir geli denger Yosa ngolok-ngolok Sherryl kayak biasanya. Yosa emang gerah sama sikap Sherryl yang cuek.
“Nih orang gak bisa apa manfaatin mukanya yang kiyut itu? Masih bagus dikasih muka imut.” Cibirnya.
Sherryl denger itu, tapi pura-pura gak denger aja. Kupingnya udah kebal sama ocehan cowok yang satu itu. Gagal dapet perhatian dari cewek yang ditaksir dia itu, Yosa balik ke tempat duduknya.
“Dam, ntar lo jadi kap…”
Kata-katanya itu terhenti saat ngeliat sesuatu yang beda dari muka sahabat karibnya itu.ia sampai merendahkan kepalanya sedikit, berusaha ngintip muka yang tersembunyi karena Sadam masih serius baca. Dan dia yakin banget kalo sohibnya itu pucet pasi seputih susu, walaupun emang dia emang udah putih dari sananya.
“lo sakit,dam?”
“eh? Apa? Pucet apaan? Gue ga kenapa-napa kok.”
Sadam lekas membasahi bibirnya dan menggigitnya sedikit biar keliatan lebih merah.
“yaa..pucet aja gitu.”tukas Yosa. Ia berusaha menganggap Sadam baik-baik saja seperti yang Sadam bilang. Kemudian, satu ide jahil terlintas di pikirannya. Apalagi kalau bukan buat modusin Sherryl.
“dam, gue duduk sama Sherryl ya.”pinta Yosa sambil menaik-naikkan alisnya beberapa kali. Sadam hampir aja ketawa sampe muncrat ngeliatnya.
“yaudah sono lu. Dasar genit lu, yos!”
Yosa pun langsung mindahin tasnya ke meja belakang mereka. Sherryl yang lagi asik twitteran lekas menoleh ke sampingnya dan menolak mentah-mentah Yosa.
Tapi terlambat…..
Pak Nesa keburu dateng dan seluruh kelas langsung tutup mulut. Kalau Sherryl masih aja berdebat sama Yosa, nanti pasti guru killer itu nyari gara-gara lagi sama dia. Sherryl nyadar banget nih guru gasuka kayaknya sama dia, entah kenapa.
“yak…seperti biasa. Pre test.” Ucap guru baru yang jadi idaman satu sekolah, gak murid-muridnya, gak guru-gurunya.
“yaaaaaah,pak. Gak bosen apa,pak pre test melulu.” celoteh Yosa.
“enggak dong, mau pinter kan? Kamu yang harusnya nelen soal-soal itu, bukannya soal itu yang nelen kamu. Ya kan, Sadam? Sherryl?”
Mereka berdua langsung natap terpaku ke arah guru itu.
Apa sih? Mau ngebandingin gue sama Sadam gitu ceritanya
Tak ada satu pun dari mereka berdua yang ngejawab pertanyaan guru itu, toh guru itu juga gak ngarep jawaban kayaknya. Selesai ngebagiin soal ke 26 murid di kelas itu, Nesa langsung memasang stopwatch di handphone nya.
“15 menit dari sekarang ya, adek-adek.” Perintahnya
lima menit pertama, sunyi. Semua murid masih sibuk ngebaca soalnya. Ada yang mulai dari nomor lima ada yang dari nomor pertama. Sherryl milih yang paling terakhir, dia kira bakal lebih gampang daripada yang awal-awal tapi, kayaknya sama aja. Dia aja gak ngerti maksud soalnya. Waktu ngelirik ke samping, diliatnya Yosa udah mulai nyoret-nyoret aja. Sok serius lagi. Geregetan banget gitu kayaknya ngerjainnya. Berbanding sama Sadam, yang anteng-anteng aja ngerjainnya.
sepuluh menit berlalu….
Sherryl baru berhasil ngerjain tiga soal, itu juga yang satu gak selesai karena angkanya gak bagus, banyak komanya. Sherryl udah keburu males duluan ngeliatnya. Yang satu lebih parah. Dia cuma nulis ulang soalnya dengan kalimat matematika dan caranya doang. Sementara itu, Sadam tiba-tiba berdiri dan ngumpulin.
Beberapa siswa cowok yang juga temennya Sadam langsung berdeham gak jelas. Tiba-tiba Yosa udah ngoper selembar kertas ke barisan sebelahnya. Entah kertas itu darimana.
“ryl, nih cepetan salin aja. Gue dapet dari Sadam kok.”bisiknya sambil nyodor-nyodorin kertasnya ke Sherryl.”
“apaan sih?” keluh Sherryl
“udah, cepetan nih liat. Bentar lagi.” Paksa Yosa sekali lagi.
“apaan sih, ganggu aja lu. Udah tau gue pusing.”kata Sherryl gak lebih dari sekedar bisikan.
Tapi, ternyata Pak Nesa udah di belakang mereka aja, secara meja itu yang paling belakang di barisannya.
“hayoloh! Ketauan kan!” kejutnya
Yosa langsung mati kutu saat itu juga sambil ngelus-ngelus dadanya karena saking kagetnya. Sama juga sama Sherryl yang nepok jidatnya. Rusuh emang nih cowok satu ini. Dalem hati, Sherryl udah ngutuk Yosa abis-abisan.
“Udah sini,kumpulin semuanya. Gue korting satu menit gara-gara dua temen kalian ini.” umumnya.
Sambil nyikut Yosa, Sherryl dengan berat hati ngumpulin pre test yang ga terselesaikannya, lagi.
“kamu, langsung ke lapangan aja. Tau kan tiang bendera dimana? Atau kertas kamu mau saya robek? Atau dibakar? Saya bawa korek nih”
Yosa dan Sherryl saling pandang.
“saya?” tanya mereka bersamaan.
“iya kamu,,,,, “kata Pak Nesa sambil nerima kertas-kertas dari murid lainnya.
“kamu, Sherryl Pevita Hardiningtyas.” Tegasnya.
Mata sherryl langsung berubah jadi lebih belo dua kali lipat. Harusnya kan Yosa yang dihukum, kenapa sih dia lagi yang kena? Dendam amat nih guru sama dia. Yosa pun bingung. Dia nyoba yakinin guru yang kepalanya sekeras batu yang satu ini kalau seharusnya dia yang dihukum.
“tapi,pak… saya yang salah. Kenapa dia yang dihukum?”
“ya terserah saya dong, kan saya gurunya. Kamu mau jadi gurunya, nih periksa semuanya, kerjain tugas-tugas saya semuanya.” Ucap Nesa cuek.
Sherryl pun langsung berbalik, ga berhenti sekalipun dia nabrak pundak Yosa.
“Yosa Mahendra, liat aja lo nanti!” geramnya tertahan.
Tentu aja pemandangan jarang kayak gini, ga mungkin dilewatin sama seluruh penghuni SMA Mahatma. Sherryl terpaksa hormat bendera dan ngejatuhin harga dirinya sebagai model, siswa pindahan yang lolos tes seleksi pertukaran pelajar, demi kesalahan cowok rese yang bernama Yosa itu.
Tiba-tiba, Yosa dateng dan ikut hormat di sebelahnya. Walaupn dia tahu, hari ini tim basket SMA Mahatma ada pertandingan babak penyisihan lomba basket se-Jabodetabek, dan tebak… hari ini harusnya dia yang jadi kaptennya. Tapi, dia ngehibahin jabatan itu ke Sadam. Tanpa tahu, kalau sebenernya Sadam lagi kesakitan.
“gausah sok baik. Pergi lo sana! Bikin gue sial aja lo!”
“emang gue disini buat ngebela lu? Gue Cuma mau bertanggung jawab atas kesalahan gue doang kok. Salah?”
“salah! Selama lo masih deket-deket gue, lo salah!”
Satu detik kemudian, terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Mereka berdua dan beberapa orang lain mendongak ke atas.
“mana hormat kalian sama bendera merah putih? Masih bisa ngobrol sambil ngangkat tangan, hormat gabener gitu. Sudut 45 derajat! Sampai jam 5 ya!” teriak guru killer itu, untung ganteng.
Sherryl pun menggeram sendiri lagi, bener kan? dia sial lagi gara-gara nih cowo. Ditambah lagi, dia bakal telat masuk kelas bahasa Jermannya yang harusnya dimulai jam empat.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jam lima teng!
Sherryl buru-buru ngeloyor pergi tanpa ngindahin kata-kata Yosa lagi. Ga lagi-lagi deh.
Tiba-tiba ponsel Sherryl berdering…
“Halo.”
“Sherryl, Mas Robby yang jemput kamu. Kamu udah selesai kan dihukumnya? Bentar lagi Mas nyampe. Tunggu depan gerbang ya?”
Suara lembut kakak laki-lakinya mengalir sampai ke telinga Sherryl. Cukup, buat ngilangin bete nya sepanjang hari ini.
“Sip.” Jawabnya singkat mengakhiri percakapan itu.
Sebenernya, jantung Robby berpacu sangat cepat, mengkhawatirkan nasib adiknya. Adiknya gatau kalau bahaya ada di dekatnya dan punya kuasa untuk menyakitinya.


To be Continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar